Search This Blog

Sunday 28 October 2012

Bagaimana Cara Mempelajari Perilaku Entepreneurship?


Entepreneurmerupakan perilaku seorang individu yang mengambil inisiatif untuk mempersatukan (bundling) sumber daya dengan cara-cara inovatifdan bersedia menanggung resiko dariketidakpastian dalam bertindak. Sedangkan Entepreneurship merupakan proses menciptakan sesuatu baru, yang memiliki nilai dengan jalan mengabdikan waktu dan usaha (time and effort) yang diperlukan; dengan asumsi keuangan, fisik, dan resiko sosial serta ketidakpastian, dan memperoleh penghargaan finansial atau kepuasan pribadi. Dalam bundling resource, diharapkan produk tersebut berharga, jarang dan tidak ada bandingnya (valuable, rare dan inimitable).
Seorang entrepreneur memiliki sifat yang khas. Mereka harus mampu mengelola sumber daya yang ada (managing existing resources). Selain itu, harus mampu mendapatkan sumber daya baru (acquiring new resources), untuk melengkapi kebutuhan dalam usaha. Mereka juga mampu mengidentifikasi peluang yang ada dan membuat sesuatu yang baru (identifying existing opportunities and creating new ones). Terakhir, seorang entrepreneur mampu menangani suatu ketidakpastian (bearing uncertainty). Bagaimana proses menjadi entrepreneuritu sendiri?
Menjadi seorang entrepreneur, setidaknya terdapat empat proses yang harus dilalui. Pertama adalah mengidentifikasi dan mengevaluasi peluang (identifying and evaluate the opportunity). Keduaadalah membangun rencana bisnis (develop business plan). Ketigamenentukan sumber daya yang dibutuhkan (resources required). Keempat mampu mengelola perusahaan (manage the enterprise). Entrepreneur sebenarnya memiliki sifat dan proses yang saling melengkapi, akan tetapi semua berjalan sesuai dengan kemampuan entrepreneur dalam berfikir.
Pola berfikir seorang entrepreneur berbeda dari orang kebanyakan. Mengingat sifat keputusan entrepreneur yang membangun lingkungan usaha, maka seorang entrepreneur harus melakukan sesuatu (effectuate), dapat beradaptasi secara kognitif (be cognitive adaptable), dan belajar dari kegagalan (learn from failure). Profesor Saras Sarasvhathy (Hisrich, Peters, dan Shepherd, 2010:10) telah menemukan bahwa pengusaha mulai memikirkan sesuatu dari permintaan dan berfokus pada cara memenuhi permintaan tersebut, proses seperti ini disebut sebagai proses kausal. Namun, pengusaha kadang-kadang menggunakan proses effectuation, proses yang dimulai dari diri sendiri, kemampuan apa yang dimiliki (bisa hobi dll) serta menentukan produk yang mungkin bisa diciptakan, sebagai hasil dari inovasi.
Inovasi entrepreneur yang selama ini terjadi, terdiri dari tiga tingkatan. Tingkat tertinggi adalah terobosan baru (breakthrough innovation), menengah adalah inovasi teknologi (technological innovation) serta yang terendah adalah inovasi biasa (ordinary innovation). Berbagai inovasi yang diwujudkan memiliki banyak resiko pada saat diwujudkan. Pada proses ini seorang calon entrepreneur mungkin bingung dalam menentukan inovasi baru yang dibuat.
Sumber ide bisa diperoleh untuk membangun inovasi baru. Biasanya diperoleh dari pelanggan, barang dan jasa yang ada, channel distribusi, pemerintah, serta penelitian. Bisa juga menghasilkan ide sendiri, caranya? Focus group, mengumpulkan individu dengan membentuk kelompok yang menyediakan informasi dalam format terstruktur. Bisa juga dengan brain storming sebuah metode kelompok untuk mendapatkan ide-ide baru beserta solusinya, yang akhirnya ditulis dalan form yang disebut brain writing. Atau bisa juga menghasilkan ide dengan cara problem inventory analysis, yang merupakan  metode untuk mendapatkan ide-ide baru dan solusi dengan berfokus pada masalah.
Dalam mewujudkan inovasi baru, berbagai resiko dapat dikurangi, tergantung strategi dari entrepreneur. Strategi pengurangan resiko dari sebuah inovasi baru perlu difahami untuk mengurangi ketidakpastian. Dua strategi tersebut adalah lingkup pasar (market scope) dan imitation. Market Scope merupakan cakupan dari kelompok pelanggan, bagaimana cara melayaninya.  Market scope terbagi menjadi dua, pertama adalah narrow scope strategy, berfokus pada perusahaan untuk memproduksi produk khusus, operasi bisnis lokal, dan tingkat kualitas produk yang tinggi, fokus pada pelanggan tertentu. Kedua adalah broad scope strategy, pendekatan ini dapat dianggap sebagai mengambil pendekatan portofolio untuk menghadapi ketidakpastian berbagai segmen pasar yang berbeda. Sedangkan strategi imitation berusaha menyalin dari perusahaan lain. Menyalin produk yang sudah ada dan mencoba untuk membangun keuntungan melalui variasi minor dalam strategi imitation disebut sebagai “me-too”.  
Selain resiko usaha ini, seorang entrepreneur setidaknya merencanakan juga product life cycle. Product life cycle merupakan tahapan setiap produk berjalan dari pengenalan sampai dengan saat mengalami penurunan. Proses ini terdiri dari lima tahap, yaitu tahap ide, konsep, pengembangan produk, test pasar, serta tahap komersialisasi produk.
Produk yang dibuat, dapat diproteksi dengan beberapa cara, tergantung jenis-nya. Beberapa teknik memproteksi sebuah ide (intellectual property), yaitu patent, trademarks, copyright atau trade secrets. Patent memberikan perlindungan pemegang dari orang lain untuk membuat, menggunakan atau menjual ide serupa. Trademarksmembedakan kata, nama atau simbol yang digunakan untuk mengidentifikasi produk dengan merek dagang lain. Sedangkan copyright tepat diberikan untuk mencegah orang lain dari pencetakan, menyalin, atau penerbitan setiap karya asli penulis. atau bisa juga trade secret yang merupakan perlindungan terhadap orang lain untuk mengungkapkan atau menyampaikan informasi yang dapat merusak bisnis. Apabila produk tersebut diproduksi oleh pihak lain, maka gunakan licencing, yaitu kontrak perjanjian memberikan hak kepada orang lain untuk menggunakan kekayaan intelektual sebagai imbalan atas royalti atau fee.
Entrepreneur yang siap membangun usaha baru, harus memiliki desain organisasi. Desain formal organisasi yang dibangun, memiliki lima tipe area. Pertama adalah struktur organisasi (Organization Structure), kedua perencanaan, pengukuran dan skema evaluasi (planning, measurement, and evaluation scheme), ketiga adalah penghargaan atau imbalan (rewards), keempat merupakan criteria seleksi (selection criteria) dan yang terakhir adalah pelatihan (training). Organisasi yang tangguh, haruslah menempatkan orang dengan kemampuan yang jelas pada posisi yang tepat, supaya roda organisasi berjalan sesuai perencanaan. Hal ini dikarenakan, seorang entrepreneur yang bergerak dalam ketidakpastian sangat riskan dalam melakukan kesalahan.
Kesalahan yang dilakukan oleh entrepreneur terdiri dari dua tipe. Kesalahan yang pertama adalah error of commission, yaitu bentuk kesalahan dilakukan berupa keluaran negatif (negative outcome) akibat melakukan sesuatu. Yang kedua adalah error of omission, yang berupa kesalahan akibat tidak melakukan sesuatu. Hingga akhirnya tergantung dari jiwa masing-masing, apakah mau memunculkan perilaku entrepreneurdengan melakukan kesalahan tersebut, atau lebih sekedar perilaku produsen, ataukah perilaku konsumen? It’s choice.

Referensi :
Hisrich, Peters, dan Shepherd (2010). Entepreneurship, 8th Edition. McGraw Hill Company
Klein dan Bullock.  (2006). Can Entrepreneurship Be Taught? Forthcoming, Journal of Agricultural and Applied Economics, JEL Classifications: M13, A22, O31
Rich Kivel and Howard Califano (2010). Entrepreneurs share their formula for success: Failure. http://smu.edu.sg/knowledge/2012/06/26/entrepreneurs-share-their-formula-success-failure#.UI0qy93zYwo
Vanderkam, Laura (2007). Get a job? No, make a job. Insede news USATODAY.com

No comments: