Pada pelaksanaan sensus dan survei seorang petugas pendata yang melakukan wawancara pasti terlibat langsung dengan subjek penelitian (subjek penelitian pada tulisan ini selanjutnya disebut sebagai Responden). Keterlibatan ini memunculkan banyak perilaku pada masing-masing kegiatan wawancara. Ada responden yang mau dengan ikhlas meluangkan waktu untuk wawancara, ada yang terpaksa diganti responden lain karena menolak diwawancara. Hal ini mempersulit seseorang petugas pendata dalam melakukan pengambilan data. Belum lagi apabila responden yang mau diwawancara dengan embel-embel tertentu, misalnya memperoleh bantuan. Jawaban yang cenderung "memiskinkan diri" atau supaya dianggap "merana" bisa jadi muncul, sehingga membuat jawaban menjadi bias. Pada kondisi lain masyarakat yang tidak berkepentingan menjadi sampel dapat dipastikan ingin diwawancarai, dengan harapan mendapatkan suatu "bantuan".
Setiap kegiatan sensus dan survei yang melibatkan responden, baik dengan teknik wawancara maupun mengisi sendiri kuesioner, memiliki banyak bias kepentingan. Bias kepentingan peneliti yang berkepentingan untuk memperoleh data yang akurat dan keinginan responden yang memiliki harapan tertentu, bisa juga rasa malas dari diri responden karena menyita waktu. Hasilnya, isian dari jawaban responden bisa jadi tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Responden Jenuh
Pada survei yang melibatkan banyak pertanyaan bisa membuat responden jenuh. Akibatnya jawaban dari responden terkadang asal-asalan, sehingga isian jawaban menjadi bias. Untuk kuesioner dengan model pertanyaan yang harus dijawab, kemungkinan tidak begitu masalah karena melibatkan orang yang bertanya. Akan tetapi, jika kuesioner yang isinya pernyataan dan harus dibaca sendiri oleh responden akan menghasilkan pemikiran/asumsi/pemahaman yang berbeda-beda setiap responden yang membacanya. Kejenuhan responden sangat mungkin terjadi jika ada berlembar-lembar pernyataan yang harus dibaca dan difahami, ditambah lagi bagi responden yang kurang suka membaca, akan serampangan membaca pernyataan pada kuesioner.
Peneliti jarang yang melihat sisi responden. Harapan dari survei biasanya data siap tepat waktu. Tidak peduli dengan pemahaman-pemahaman yang berkembang di responden, toh semua pernyataan/pertanyaan sudah didesain supaya mudah difahami responden.
Ada hal yang dilupakan, ketika ada pernyataan/pertanyaan yang ambigu/memiliki beberapa makna, membuat hasil jawaban dari responden sesuai dengan apa yang difahami responden. Contoh sederhana adalah ada pernyataan berikut: "Para pemimpin konsisten dalam mendorong pelaksanaan reformasi birokrasi". isian dari pernyataan ini adalah skala likert 1 - 6 (sangat tidak setuju sampai sangat setuju). sumber lihat di sini. Pernyataan ini ditujukan untuk pegawai. Sekedar anggapan saya:
1. Konsisten, masuk dan pulang tepat waktu? reward dan punishment yang selalu tepat?
2. Reformasi birokrasi banyak poin-poin yang harus dilaksanakan, apakah staf/pegawai selalu mengetahui berbagai hal/pelaksanaan poin-poin reformasi birokrasi yang dilakukan pejabatnya?
3. Kenapa bukan bagian-bagian/tahapan pelaksanaan reformasi birokrasi yang ditanyakan?
Akhirnya, masing-masing pegawai akan menyampaikan asumsi-asumsi yang berbeda. Bisa jadi jawaban 6 (sangat setuju) saya karena dekat dengan pejabat, dan jawaban 3 (kurang setuju) orang lain karena sudah terlalu lma menjadi pegawau tetapi tidak pernah merasakan memiliki jabatan. Atau reward yang diberikan setara dengan pegawai baru yang memiliki grade sama. Apapun itu, ini hanya sebatas asumsi saya. Pasti sangat berkembang pemikiran-pemikiran lain ketika pernyataan-pernyataan itu dibaca responden.
Ada hal yang dilupakan, ketika ada pernyataan/pertanyaan yang ambigu/memiliki beberapa makna, membuat hasil jawaban dari responden sesuai dengan apa yang difahami responden. Contoh sederhana adalah ada pernyataan berikut: "Para pemimpin konsisten dalam mendorong pelaksanaan reformasi birokrasi". isian dari pernyataan ini adalah skala likert 1 - 6 (sangat tidak setuju sampai sangat setuju). sumber lihat di sini. Pernyataan ini ditujukan untuk pegawai. Sekedar anggapan saya:
1. Konsisten, masuk dan pulang tepat waktu? reward dan punishment yang selalu tepat?
2. Reformasi birokrasi banyak poin-poin yang harus dilaksanakan, apakah staf/pegawai selalu mengetahui berbagai hal/pelaksanaan poin-poin reformasi birokrasi yang dilakukan pejabatnya?
3. Kenapa bukan bagian-bagian/tahapan pelaksanaan reformasi birokrasi yang ditanyakan?
Akhirnya, masing-masing pegawai akan menyampaikan asumsi-asumsi yang berbeda. Bisa jadi jawaban 6 (sangat setuju) saya karena dekat dengan pejabat, dan jawaban 3 (kurang setuju) orang lain karena sudah terlalu lma menjadi pegawau tetapi tidak pernah merasakan memiliki jabatan. Atau reward yang diberikan setara dengan pegawai baru yang memiliki grade sama. Apapun itu, ini hanya sebatas asumsi saya. Pasti sangat berkembang pemikiran-pemikiran lain ketika pernyataan-pernyataan itu dibaca responden.
Penelitian sosial, psikologi dan terkadang ekonomi yang meneliti behaviour (perilaku) dari individu. Lihat contoh di sini. Ada pernyataan "Tampilan visual situs menyenangkan". tidak adakah kata yang tepat untuk menilai sebuah tampilan? "menyenangkan" dalam artian membuat kita senang. Apakah tidak lebih baik mudah digunakan? Dalam konteks Entertainment pada toko buku webstore apakah entertainment dapat diartikan menyenangkan? Karena entertaint di sini lebih pada mampu membuat pengguna merasa mudah dalam menggunakan webstore tersebut. Bukan menyenangkan dalam artian enjoy.
Wawancara atau membaca pernyataan
Pernahkan anda menjadi responden dalam penelitian ilmiah, skripsi, tesis, atau menjadi responden survei tenaga kerja, atau penelitian sosial ekonomi lain? Setiap pendataan yang dilakukan dengan wawancara maupun responden diminta membaca sendiri pernyataan memiliki dampak sendiri-sendiri. Bahkan dapat menjadi penyebab bias-nya hasil penelitian. Pada penelitian yang massif (penelitian yang dilakukan dalam skala besar), menggunakan petugas dalam melakukan pendataan untuk menghindari besarnya bias yang ditimbulkan.
Membaca pernyataan akan sulit menyakinkan keakuratan datanya apabila penelitian dilakukan secara masif. mungkin jika responden masih kurang dari 1000, masih bisa dimaklumi. Tetapi jika sampai puluhan ribu respnden, menurut hemat penulis, jangan menggunakan pernyataan, kecuali setiap responden didampingi petugas pengumpul data yang sudah terseleksi.
Membaca pernyataan akan sulit menyakinkan keakuratan datanya apabila penelitian dilakukan secara masif. mungkin jika responden masih kurang dari 1000, masih bisa dimaklumi. Tetapi jika sampai puluhan ribu respnden, menurut hemat penulis, jangan menggunakan pernyataan, kecuali setiap responden didampingi petugas pengumpul data yang sudah terseleksi.
Beda penduduk desa dan penduduk kota
Penduduk desa memiliki kebiasaan berfikir positif pada tamu, sebagai responden-pun mereka lebih open dalam menjawab pertanyaan daripada penduduk kota.
Banyak penduduk di perkotaan menolak petugas pendataan, terutama dalam kompleks perumahan. Pikiran curiga dan negatif terhadap petugas sebagai peminta sumbangan dan berbagai hal negatif lain muncul. Biasanya, untuk rumah-rumah yang tertutup, hanya akan bertemu dengan pembantu. Apalagi di apartemen, sulit menemukan responden, ditambah protektif dari pengelola.
Mudahnya diterima petugas pendataan di desa, masyarakat biasanya senang jika didatangi oleh petugas pemerintah. Sisi positif muncul, juga akibat dari bantuan langsung ke masyarakat. Akhirnya, masyarakat berharap memperoleh bantuan.
Banyak penduduk di perkotaan menolak petugas pendataan, terutama dalam kompleks perumahan. Pikiran curiga dan negatif terhadap petugas sebagai peminta sumbangan dan berbagai hal negatif lain muncul. Biasanya, untuk rumah-rumah yang tertutup, hanya akan bertemu dengan pembantu. Apalagi di apartemen, sulit menemukan responden, ditambah protektif dari pengelola.
Mudahnya diterima petugas pendataan di desa, masyarakat biasanya senang jika didatangi oleh petugas pemerintah. Sisi positif muncul, juga akibat dari bantuan langsung ke masyarakat. Akhirnya, masyarakat berharap memperoleh bantuan.
Perlu sebuah roadmap untuk memilah-milah responden dan pemilihan petugas yang tepat. Kenapa? syarat-syarat pemilihan responden yang jelas dan siapa petugas yang tepat dalam melakukan pendataan. Setiap data yang siap digunakan harus selalu diteliti sumbernya, konsep definisi, metodologi sampling, dan masih banyak lagi. Tidak cukup uji validitas dan reliabilitas. Jika dalam pengambilan data saja sudah mulai timbul bias dan manyak masalah dalam pelaksanaan lapangan, apalagi data yang dihasilkan.
Sumber: Hasil Pengalaman Penulis
No comments:
Post a Comment