Pada tulisan ini saya mencoba
menjabarkan profil dan potensi kabupaten tanah kelahiran saya, yaitu Sukoharjo.
Bagi anda penggemar bola basket
nasional, tentu pernah mengenal nama Bhinneka Sritex Solo, saat ini menjadi
Sritex Dragon Pertamina Solo. Salah satu bola basket klub papan atas yang
sering menjuarai kobatama sudah menutup catatannya pada tahun 2009 lalu. Tapi
saying, munculnya Sritex Dragon Pertamina Solo tidak serta merta memiliki karir
yang sama, bahkan tren negatif selalu ditunjukkan pada setiap kejuaraan. Gedung
olah raga yang dulu dikenal dengan GOR Bhinneka, sekarang sudah beralih nama
menjadi Stadiun Sritex. Induk Bhinneka adalah PT Sritex, yang memiliki nama
panjang Sri Rejeki Ismail Tekstil ini berlokasi di Sukoharjo.
Perusahaan tekstil yang sudah go Internasional ini memang menjadi
salah satu kebanggaan Sukoharjo. Bagaimana tidak, seragam pasukan NATO dan US
Army dalam perang badai gurun di Irak dibuat di sini. Juga rencana Irak membeli
seragam pasukannya, tetapi gagal karena dianggap harganya terlalu mahal. Sampai
saat ini, setidaknya ada 27 negara tentaranya menggunakan seragam dari Sritex.
Memang, PT Sritex lebih mementingkan kualitas produk. Karyawan perusahaan ini
sebagian besar adalah penduduk Kabupaten Sukoharjo.
Masih ada industri besar lainnya di kabupaten ini, yaitu
PT Konimex Pharmaceutical Laboratories, pabrik farmasi untuk obat bebas (over the counter) yang terbesar di
Indonesia. Konimex yang memiliki kepanjangan Kondang Impor Ekspor ini memiliki
sekitar 2.000 tenaga kerja. Produknya juga sudah menembus pasar asing, seperti
kamboja, vietnam, dan myanmar.
Meskipun industri besar bercokol di sini, pemerintah
tetap menggali potensi industri, terutama industri kecil. Berbagai produk
unggulan hasil kerajinan rakyat terus dikembangkan. Sebut saja grafir di
Pabelan (Kecamatan Kartosuro), Manang (Kecamatan Grogol) dan Baki Pandean
(Kecamatan Baki). Ada juga kerajinan rotan di Desa Trangsan (Kecamatan Gatak). Selain
itu terdapat industri jamur Lingzhi di Desa Kudu (Kecamatan Baki), yang setiap
tahunnya menghasilkan 4.800 Kg
dengan 1-10 tenaga kerja di sekitar desa. Juga terdapat gamelan, produk Desa Wirun (Kecamatan Mojolaban). Saat ini
industri kecil membutuhkan uluran tangan para pemilik modal besar. Tak
terkecuali pusat industri alkohol yang banyak berkembang di jalan Ciu, Bekonang.
Meskipun industri ini masih tergolong tradisional, akan tetapi memiliki sentra
industri tersendiri.
Dibanding
kecamatan lain, kecamatan Grogol memiliki potensi industri besar dan menengah
cukup besar. Di samping juga sector perdagangan, terutama di daerah solo baru.
Wilayah kota mandiri ini menjadi strategis karena mengingat kota Surakarta yang
semakin padat, sehingga investor bergerak mencari lahan baru untuk
mengembangkan usahanya.
Sukoharjo memang boleh berharap dari
industri yang sedang berkembang di wilayahnya. Pertumbuhan industri pada tahun
2011, industri besar yang ada sebanyak 86 unit, industri menengah sebanyak 229
unit, dan Industri kecil sebanyak 16.470 unit. Tingkat Partisipasi Angkatan
kerja (TPAK) kabupaten sukoharjo tahun 2011 sebesar 70,08, serta tahun 2012 68,63.
Tren yang menurun ini seiring dengan peningkatan pengangguran terbuka yang
mencapai 5,98 tahun 2012 dari 5,48 tahun 2011. Tingkat partisipasi angkatan
kerja adalah ukuran yang menggambarkan perbandingan jumlah angkatan kerja
terhadap penduduk usia kerja dan dihitung dari jumlah angkatan kerja dibagi
jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas dikali 100. Angkatan kerja juga
cenderung menurun, dari 149.637 tahun 2011 menjadi 139.781 pada tahun 2012. Data
tahun 2007 memperlihatkan Data sebaran penduduk yang bekerja di atas 10 tahun, tenaga kerja di sektor industri
101.770 orang, perdagangan 111.824 orang dan pertanian 111.556 orang. Ketiga
sektor ini menjadi salah satu komponen penting bagi warga Sukoharjo yang
pendapatan per kapitanya Rp 2,86 juta masih di bawah pendapatan per kapita Jawa
Tengah yaitu Rp 3,31 juta di tahun 2006 (BPS Sukoharjo dalam angka 2007).
Sektor perdagangan menjadi pilihan yang dapat dianggap
cukup menarik untuk mengatasi dampak krisis ekonomi setelah produksi pertanian
terus menurun akibat hasil panen yang kurang baik. Terbukti dari Sembilan
lapangan usaha yang ada, ternyata cuma sektor perdagangan yang kontribusinya
terus meningkat sejak krisis ekonomi 2008. Bisa
dilihat dari sumbangan terhadap PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2007
sebesar Rp 1,2 Trilliun, di tahun 2011 meningkat jadi Rp 1,4 Trilliun.
Sebenarnya, Kabupaten Sukoharjo tetap unggul dalam bidang
pertanian. Namun sukoharjo yang berkembang dalam pola industrialisasi tak ada
yang mampu mencegahnya. Akibatnya, banyak sawah berubah fungsi menjadi
industri. Masyarakat pertanian harus berkorban demi kepentingan industri,
perdagangan, serta perumahan.
Pembangunan
di Sukoharjo yang kian menggeliat, sebanding dengan pembangunan dasar
masyarakatnya. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 73,57 lebih tinggi dari
rata-rata provinsi Jawa Tengah dan
Nasional. Artinya, perkembangan sanitasi, pendidikan, dan indicator perbaikan
fasilitas dasar penduduk sudah lebih baik.
Seharusnya
sukoharjo bangga dengan segala keunggulan yang dimilikinya, sehingga tidak
perlu lagi ada nama Solo Baru ataupun Sritex Dragon Pertamina Solo yang agar
dikenal luas masih perlu menyandang nama Solo.
Sumber Data:
Soetarto, Agus Muqorobin, Mabruroh. 2011. Produk Unggulan Dan Nilai
PAD:Kasus Di Kab. Sukoharjo, Jawa Tengah. Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2011
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2011
No comments:
Post a Comment