Search This Blog

Monday, 19 August 2013

Potensi Kabupaten Sukoharjo



Pada tulisan ini saya mencoba menjabarkan profil dan potensi kabupaten tanah kelahiran saya, yaitu Sukoharjo.
Bagi anda penggemar bola basket nasional, tentu pernah mengenal nama Bhinneka Sritex Solo, saat ini menjadi Sritex Dragon Pertamina Solo. Salah satu bola basket klub papan atas yang sering menjuarai kobatama sudah menutup catatannya pada tahun 2009 lalu. Tapi saying, munculnya Sritex Dragon Pertamina Solo tidak serta merta memiliki karir yang sama, bahkan tren negatif selalu ditunjukkan pada setiap kejuaraan. Gedung olah raga yang dulu dikenal dengan GOR Bhinneka, sekarang sudah beralih nama menjadi Stadiun Sritex. Induk Bhinneka adalah PT Sritex, yang memiliki nama panjang Sri Rejeki Ismail Tekstil ini berlokasi di Sukoharjo.

Perusahaan tekstil yang sudah go Internasional ini memang menjadi salah satu kebanggaan Sukoharjo. Bagaimana tidak, seragam pasukan NATO dan US Army dalam perang badai gurun di Irak dibuat di sini. Juga rencana Irak membeli seragam pasukannya, tetapi gagal karena dianggap harganya terlalu mahal. Sampai saat ini, setidaknya ada 27 negara tentaranya menggunakan seragam dari Sritex. Memang, PT Sritex lebih mementingkan kualitas produk. Karyawan perusahaan ini sebagian besar adalah penduduk Kabupaten Sukoharjo.
Masih ada industri besar lainnya di kabupaten ini, yaitu PT Konimex Pharmaceutical Laboratories, pabrik farmasi untuk obat bebas (over the counter) yang terbesar di Indonesia. Konimex yang memiliki kepanjangan Kondang Impor Ekspor ini memiliki sekitar 2.000 tenaga kerja. Produknya juga sudah menembus pasar asing, seperti kamboja, vietnam, dan myanmar.
Meskipun industri besar bercokol di sini, pemerintah tetap menggali potensi industri, terutama industri kecil. Berbagai produk unggulan hasil kerajinan rakyat terus dikembangkan. Sebut saja grafir di Pabelan (Kecamatan Kartosuro), Manang (Kecamatan Grogol) dan Baki Pandean (Kecamatan Baki). Ada juga kerajinan rotan di Desa Trangsan (Kecamatan Gatak). Selain itu terdapat industri jamur Lingzhi di Desa Kudu (Kecamatan Baki), yang setiap tahunnya menghasilkan 4.800 Kg dengan 1-10 tenaga kerja di sekitar desa.  Juga terdapat gamelan, produk Desa Wirun (Kecamatan Mojolaban). Saat ini industri kecil membutuhkan uluran tangan para pemilik modal besar. Tak terkecuali pusat industri alkohol yang banyak berkembang di jalan Ciu, Bekonang. Meskipun industri ini masih tergolong tradisional, akan tetapi memiliki sentra industri tersendiri.
Dibanding kecamatan lain, kecamatan Grogol memiliki potensi industri besar dan menengah cukup besar. Di samping juga sector perdagangan, terutama di daerah solo baru. Wilayah kota mandiri ini menjadi strategis karena mengingat kota Surakarta yang semakin padat, sehingga investor bergerak mencari lahan baru untuk mengembangkan usahanya.
Sukoharjo memang boleh berharap dari industri yang sedang berkembang di wilayahnya. Pertumbuhan industri pada tahun 2011, industri besar yang ada sebanyak 86 unit, industri menengah sebanyak 229 unit, dan Industri kecil sebanyak 16.470 unit. Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK) kabupaten sukoharjo tahun 2011 sebesar 70,08, serta tahun 2012 68,63. Tren yang menurun ini seiring dengan peningkatan pengangguran terbuka yang mencapai 5,98 tahun 2012 dari 5,48 tahun 2011. Tingkat partisipasi angkatan kerja adalah ukuran yang menggambarkan perbandingan jumlah angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja dan dihitung dari jumlah angkatan kerja dibagi jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas dikali 100. Angkatan kerja juga cenderung menurun, dari 149.637 tahun 2011 menjadi 139.781 pada tahun 2012. Data tahun 2007 memperlihatkan Data sebaran penduduk yang bekerja di  atas 10 tahun, tenaga kerja di sektor industri 101.770 orang, perdagangan 111.824 orang dan pertanian 111.556 orang. Ketiga sektor ini menjadi salah satu komponen penting bagi warga Sukoharjo yang pendapatan per kapitanya Rp 2,86 juta masih di bawah pendapatan per kapita Jawa Tengah yaitu Rp 3,31 juta di tahun 2006 (BPS Sukoharjo dalam angka 2007).

Sektor perdagangan menjadi pilihan yang dapat dianggap cukup menarik untuk mengatasi dampak krisis ekonomi setelah produksi pertanian terus menurun akibat hasil panen yang kurang baik. Terbukti dari Sembilan lapangan usaha yang ada, ternyata cuma sektor perdagangan yang kontribusinya terus meningkat sejak krisis ekonomi 2008. Bisa dilihat dari sumbangan terhadap PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2007 sebesar Rp 1,2 Trilliun, di tahun 2011 meningkat jadi Rp 1,4 Trilliun.
Sebenarnya, Kabupaten Sukoharjo tetap unggul dalam bidang pertanian. Namun sukoharjo yang berkembang dalam pola industrialisasi tak ada yang mampu mencegahnya. Akibatnya, banyak sawah berubah fungsi menjadi industri. Masyarakat pertanian harus berkorban demi kepentingan industri, perdagangan, serta perumahan.
Pembangunan di Sukoharjo yang kian menggeliat, sebanding dengan pembangunan dasar masyarakatnya. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 73,57 lebih tinggi dari rata-rata provinsi  Jawa Tengah dan Nasional. Artinya, perkembangan sanitasi, pendidikan, dan indicator perbaikan fasilitas dasar penduduk sudah lebih baik.
Seharusnya sukoharjo bangga dengan segala keunggulan yang dimilikinya, sehingga tidak perlu lagi ada nama Solo Baru ataupun Sritex Dragon Pertamina Solo yang agar dikenal luas masih perlu menyandang nama Solo.

Sumber Data:
Soetarto, Agus Muqorobin, Mabruroh. 2011. Produk Unggulan Dan Nilai PAD:Kasus Di Kab. Sukoharjo, Jawa Tengah. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011

No comments: