Strategi mengkomunikasikan tujuan yang diinginkan dan apa yang akan dilakukan, oleh siapa, bagaimana, untuk siapa, dan mengapa hasilnya menjadi berharga. Setidaknya terdapat enam (6) karakteristik strategi yang efektif. Pertama adalah komunikasikan tujuan menarik atau visi kepada orang lain, kedua menggabungkan kekuatan organisasi dengan peluang lingkungan. Selanjutnya adalah memanfaatkankeberhasilan sementarauntuk menjajaki peluang baru. Keempat menghasilkan sumber daya lebih dari yang digunakannya, kelima mengkoordinasikan dan panduan kegiatan. Yang terakhir menanggapi kondisi baru dari waktu ke waktu.
Monday, 29 October 2012
Sunday, 28 October 2012
Bagaimana Cara Mempelajari Perilaku Entepreneurship?
Entepreneurmerupakan perilaku seorang individu yang mengambil inisiatif untuk mempersatukan (bundling) sumber daya dengan cara-cara inovatifdan bersedia menanggung resiko dariketidakpastian dalam bertindak. Sedangkan Entepreneurship merupakan proses menciptakan sesuatu baru, yang memiliki nilai dengan jalan mengabdikan waktu dan usaha (time and effort) yang diperlukan; dengan asumsi keuangan, fisik, dan resiko sosial serta ketidakpastian, dan memperoleh penghargaan finansial atau kepuasan pribadi. Dalam bundling resource, diharapkan produk tersebut berharga, jarang dan tidak ada bandingnya (valuable, rare dan inimitable).
Tuesday, 23 October 2012
Hubungan Industrial dalam Konsep
Hubungan kerja terjadi karena ada unsur perintah, upah dan waktu. Hal ini perlu diatur hak dan kewajiban dari masing-masing pemegang kepentingan (pengusaha dan karyawan). Hubungan kerja ini merupakan sisi rawan yang harus mempersatukan persepsi antar pemegang kepentingan, supaya tercipta proses industrial yang sehat, aman dan dinamis. Kenyataannya, kepentingan masing-masing pihak bertolak belakang. Karyawan dengan bergaining position yang rendah menginginkan kesejahteraan, pengusaha dengan tangan besi menginginkan minimalisir biaya produksi, belum lagi penyelesaian masalah oleh pemerintah yang cenderung memihak. Hal ini yang memicu ketidak puasan dalam hubungan industrial.
Mengukur Kesejahteraan untuk Kebijakan Publik
Catatan ini saya tulis di sela-sela waktu eksplorasi wellbeing (kesejahteraan). Di Indonesia belum pernah ada akademisi yang mulai mencoba mengukur wellbeing, life satisfaction maupun happiness, padahal belahan dunia lain sudah ramai-ramai mengembangkan hal ini sebagai alat ukur pengganti PDB. PDB selama ini dianggap tidak mampu mencerminkan kesejahteraan rakyat. Benarkah? kenyataan dijawab sendiri oleh negara-negara maju yang mengalami krisis ekonomi 2008.
Saturday, 20 October 2012
BURUH TIDAK PERNAH SEJAHTERA
Aksi pemogokan buruh, sepertinya sudah tidak lagi banyak berdampak pada regulasi pemerintah. Perbaikan kebijakan yang dilakukan terus menerus oleh pemerintah sudah dianggap benar, meskipun kenyataannya dalam pelaksanaan masih jauh dari harapan. Sedikit menilik sejarah, aksi pemogokan buruh sudah terjadi, bahkan sejak akhir abad ke-18 di Eropa, pada masa revolusi industri. Permasalahan yang muncul hingga saat ini masih selalu sama, yaitu upah buruh dibawah pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Subscribe to:
Posts (Atom)