Jam 8.30 pagi, perjalanan kami mulai dari Tanjung Barat menuju ke Kp Rambutan. Perjalananini kami mulai usai sarapan bersama istri dan ke dua adikku. Tidak lupa sebelum berangkat, berpamitan pada budhe, skaligus menanyakan jalur bus-nya.. :-) Sebagai alibi menutupi rasa malu kami.. :-) aku memang belum pernah melakukan perjalanan ke Cilegon. Maklum baru pertama kali jalan-jalan ke Kota Baja.
Masuk ke Tol dukuh, Kp rambutan jl utama bis yang kami naiki. AJA - ARIMBI - BIMA SUCI, tiket PO yg kami naiki, tetapi hanya ARIMBI yg tertera di badan bus. Entah ada 3 operator perjalanan, atau ketiga tulisan pada tiket itu merujuk pada satu hal yang sama. Yaitu ARIMBI.
PT. ARIMBI JAYA AGUNG, jurusan Merak-Rambutan AC (2-2) Tarif Rp 20.000,-. Jika ada kondektur yang menagih lebih dari tarif yang ada, maka tidak usah dibayar. Terimakasih. Tulisan ini terpampang pada kaca depan yang menghadap ke penumpang. Seakan mengatakan dengan tegas, kondektur tidak boleh nakal. Sisi lain, kondektur seakan hafal, siapa yang mau turun dimana. Masih di dalam kota, sang kondektur membangunkan ibu2 yg sedang tidur, dan akan turun di SLIPI. Ada juga yang lain turun di kebun jeruk, masih di dalam kota.
Ya, untung juga melewati tol dalam kota. Keinginan adikku melihat kota besar sedikit terobati, setelah melihat megahnya gedung-gedung pencakar langit di sekitar tol.
Waktu-pun kubiarkan berlalu, karena selama perjalanan aku lebih pulas tertidur daripada melihat keadaan luar bis yang kami lewati. Tak terasa, 2 jam perjalanan kami lewati sampai akhirnya keluar tol Serang. Kondektur menyebutnya patung. Kondektur sendiri bingung ketika menyebutkan patung apa yang ada di luar tol tersebut. Yang jelas, mereka terbiasa menyebut kawasan itu patung, tanpa tahu makna atau arti patung itu sendiri. Sebenarnya patung tersebut adalah patung keluarga sejahtera; ayah-ibu-2 anak.
Cilegon - Bumi Krakatau
Sampai di Cilegon, turun di teminal bayangan. Terminal ini menjadi akhir perjalanan kami. Terminal bayangan ini tidak layak disebut terminal. Tempat ini tidak terawat, hanya sedikit luas dan menjadi pengkalan angkutan, taksi, tukang ojek dan bus dalam dan luar kota. Mugkin karena itu-lah dinamakan terminal bayangan.
Perjalanan berlanjut ke perumahan yang dibeli oleh kakak, di wilayah Bumi Krakatau. Tanah dengan dominasi batu Cadas dan lembung, terlihat di seluruh dari jalan yang kami lewati. Ruko-ruko baru mulai dibangun, dan sebagian sudah ada yang mulai beroperasi. Ekonomi perdagangan mulai bergeliat.
Menurut publikasi BPS Kota Cilegon tahun 2012, jumlah penduduk CIlegon berjumlah 385 720 orang dengan luas wilayah sebesar 175,51 km persegi. Kepadatan penduduk mencapai 2 198 orang per km persegi. Penduduk laki-laki sebanyak 197 230 dan perempuan sebanyak 188 490. Jumlah keluarga sebanyak 115 387 keluarga.
Kota Cilegon merupakan peringkat keenam terbaik sebagai pelaksana otonomi daerah. Pemkot memberikan lahan gratis untuk tempat usaha. Di daerah terminal Seruni. Terminal ini memang masih dalam proses penyelesaian. Terminal ini berdiri di Kampung Seruni Kelurahan Kalanganyar, Kecamatan Cibeber selain sebagai pusat pelayanan penumpang dan lalu-lintas kendaraan antar kota antar propinsi, juga bertujuan mengangkat kesejahteraan warga sekitar.
Tanah di Kota Cilegon yang dimanfaatkan oleh Pemeritah Kota, menurut masyarakat setempat sebenarnya sebagian besar dimiliki oleh PT Krakatau. Mulai dari kantor pemerintah sampai perumahan dengan model klaster yang terbangun. SKPD-SKPD di Kota ini juga kemungkinan lebih banyak dari tanah Krakatau yang digunakan pemerintah.
Pembangunan Kota Cilegon memang masih berjalan. Tumbuh dan berkembang secara signifikan, ruko mulai berakar di tepi-tepi jalan. Perumahan model Klaster mulai diperdagangkan, dan pendatang mulai melirik kesempatan membuka jalan perbaikan ekonomi di wilayah ini. Setidaknya, Cilegon yang mulai berkembang dengan sebutan Kota Baja memiliki batik khas, ragam seni dan sanggar seni budaya. Kekhasan inilah yang coba ditawarkan Pemerintah Kota Cilegon untuk menarik perhatian wisatawan lokal maupun manca negara.
Pada saat perjalanan kami ke sana, memang masih tidak menarik dan belum banyak yang bisa dinikmati. Mungkin Pemerintah Kota masih mempersiapkan dengan matang pembangunan infrastruktur, sebagai penunjang pariwisata. Jalan yang diperbaiki dan pembangunan jalan baru masih dalam proses. Tapi sayangnya dalam setiap gang, dan hampir dalam selang 3 meter jalan terdapat polisi tidur, bahkan jalan utama ada juga polisi tidur yang cukup tinggi. Dan ternyata, kenyamanan kami hilang saat menikmati sangat banyaknya polisi tidur ini.
No comments:
Post a Comment